Author : UnknownTidak ada komentar
Empat orang peretas di Amerika Serikat harus berhadapan dengan tuntutan pencurian mata uang digital dari gim (game) buatan Electronic Arts yang berjudul FIFA.
Biasanya, kasus peretasan atau penggunaan cheat di dalam gim dilakukan untuk tampil lebih baik atau lebih unggul dari pemain lainnya.
Namun, hal tersebut tidak berlaku untuk Anthony Clark dan tiga orang lainnya. Uniknya, mereka memiliki motif berbeda ketimbang peretas gim lainnya.
Biasanya, kasus peretasan atau penggunaan cheat di dalam gim dilakukan untuk tampil lebih baik atau lebih unggul dari pemain lainnya.
Namun, hal tersebut tidak berlaku untuk Anthony Clark dan tiga orang lainnya. Uniknya, mereka memiliki motif berbeda ketimbang peretas gim lainnya.
Seperti yang dikutip dari laman Kotaku, Selasa (15/11/2016), Clark dan rekannya harus berhadapan dengan FBI setelah kedapatan melakukan penipuan dengan membuat program yang dapat memungkinkan mereka untuk mengambil koin FIFA dari server Electronics Arts.
Sekadar informasi, koin FIFA merupakan mata uang yang digunakan di dalam gim besutan Electronic Arts ini. Untuk mendapatkannya, pemain harus memainkan gim atau membeli koin tersebut menggunakan uang dunia nyata.
Sejak kasus ini muncul, FBI mengklaim kalau Clark dan rekannya menggunakan sebuah program yang digunakan untuk mencuri koin FIFA dan menjualnya ke pihak ketiga--di China dan Eropa--dengan keuntungan lebih dari US$ 15 juta atau kisaran Rp 200 miliar.
Kabarnya, Clark dan rekannya sudah melakukan hal tersebut sejak tahun 2013 hingga akhirnya dihentikan FBI pada 17 September 2015. Dalam proses penangkapan, FBI berhasil menyita uang tunai hampir lebih dari US$ 3 juta atau kisaran Rp 40 miliar dari Bank of America atas nama Clark.
Selain uang tunai, beberapa mobil mewah dan ratusan ribu dolar dari rekan Clark yakni Ricky Miller, Nicholas Castellucci, dan Eaton Zveare pun ikut disita.
Artikel Terkait
Posted On : Rabu, 16 November 2016Time : November 16, 2016